Nama : Deris Kharisma
Kls : 4EA03
Npm : 10207278
Mata Kuliah : Riset Pemasaran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Irsan atau lebih dinenal dengan sebutan “ucok”, lahir di Medan tahun 1980. Dia adalah lulusan dari sekolah menengah atas. Pada tahun 2000 dia pindah dari Medan ke Bogor. Sekarang dia bekerja sebagai seorang wirausaha (pedagang) dan mempunyai sebuah warung yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari (sembako). Latar belakang usahanya adalah dimulai dari ayah dan saudara-saudaranya yang dahulunya adalah seorang pedagang keliling yang menjual dagangannya dari warung satu ke warung lain. Karena banyak dagangan yang masih tersimpan dalam rumah (gudang) yang belum dikelilingkan, maka beliau berinisiatif membuka sebuah warung, untuk menjual dagangan tersebut. Motif dari beliau membuka warung juga tidak lain adalah untuk menambah penghasilan karena beliau juga butuh biaya untuk sehari-harinya. Modal yang dibutuhkan beliau saat itu bukan dari modal yang besar (uang/materi), saat itu beliau mengambil dagangan dari toko terlebih dahulu (stok barang), kemudian mengadakan perjanjian dengan toko tersebut dengan melunasi barang-barang tersebut apabila dagangan sudah terjual (jatuh tempo). Dengan memutarkan dagangan, beliau akhirnya mulai mendapatkan hasil. Warung beliau mulai mengalami kemajuan dan berkembang, sehingga beliau tidak lagi menjadi pedagang keliling. Daripada mencari pekerjaan susah, ia melanjutkan usaha sehingga dijadikannya usaha pokok dan akhirnya berkembang sampai sekarang dibantu dengan istrinya. Rata-rata penghasilan perharinya dikatakan lumayan karena bisa mencapai angka diatas Rp 300.000,00. Warung tersebut telah berdiri selama 10 tahun sampai sekarang ini.
Warung Ucok buka sekitar jam 6 pagi dan tutup sekitar jam 10 malam. Barang dagangannya sangat bervariasi. Mulai dari sembako, kue-kue basah, alat tulis, kosmetika dan kecantikan, obat-obatan, air isi ulang (gallon), gas 3 kg, dll. Kebutuhan barang dagangan tersebut diperoleh dari para sales merk barang yang bersangkutan. Pola pembayaran nya ada yang tunai, giro, konsinyasi, dan ada yang per periode pembayaran. Seperti hal nya para pedagang lainnya, harga dari supplir sangat diperhitungkan. Selektif dan cermat adalah yang dijadikan pedoman dalam memilih supplier.
Warung yang dimilikinya mempunyai pelanggan utama dari penduduk sekitar lokasi warung tempatnya berada. Namun diakuinya, kebutuhan dari pabrik, perusahaan, ataupun wisatawan yang piknik juga dibeberapa kali dipasok dari warung ini. Bahkan beberapa warung kecil juga mengambil kebutuhan barang dagangannya dari warung ucok ini. Hal ini menurut beliau adalah dikarenakan harga yang diakuinya relative murah dan kualitas barang dagangannya terjamin. Namun, sejak keberadaan sebuah Supermarket Waralaba yang cukup terkenal yang terletak sekitar 100 m ke arah utara dari lokasi warung ucok, sedikit banyak mempengaruhi tingkat penjualan warung ucok. Harganya sangat bersaing, bahkan diakuinya untuk beberapa barang dagangan, warung ini membelinya dari Supermarket Waralaba tersebut. Oleh sebab itu, beliau berharap agar keberadaan Supermarket Waralaba tersebut diatur sedemikan rupa agar tidak membuat “pedagang kecil” sepertinya menjadi tergilas dan lama kelamaan mati. Oleh sebab itu sekali lagi, kepercayaan konsumen sangat dijaganya sehingga loyalitas lah sebagai prioritas bukan hanya keuntungan yang ingin diraihnya.
1.2. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Bagaimanakah Pengaruh Marketing Mix terhadap Keputusan Pembelian Sembako pada Warung Ucok.
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka batasan penelitian adalah penelitian hanya dilakukan pada konsumen/pembeli Sembako Warung Ucok di Kota Bogor dan penelitian dilakukan sebatas pada 4 variabel Marketing Mix, yaitu Harga, Produk, Promosi, dan Distribusi.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Terhadap Keputusan Pembelian pada Warung Ucok
.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini mudah-mudahan dapat memberikan manfaat positif, baik bagi penulis sendiri, orang lain, maupun pihak-pihak yang berkepentingan lain.
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan mata kuliah Dasar Pemasaran dan Manajemen Komunikasi Pemasaran, sehingga dengan melakukan penelitian ini diharapkan penulis dan semua pihak yang berkepentingan dapat lebih memahaminya.
2. Manfaat Praktis
Objek dalam penelitian ini adalah konsumen pemakai produk sari buah Mengkudu, sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya konsumen dan perusahaan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Pengertian Marketing Mix
Dalam menghadapi pasar sasarannya perusahaan memiliki seperangkat alat-alat pemasaran yang sangat berperan untuk memperoleh dampak maximum terhadap pasar. Alat-alat pemasaran tersebut terangkum dalam bauran pemasaran perusahaan. Secara definitif dikatakan oleh Philip Kotler (82:1997) bahwa:
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran.
Alat pemasaran tersebut dapat dikelompokan menjadi empat kelompok variabel yang dikenal sebagai 4P yaitu: produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion). Keempat variabel tersebut dapat dikombinasikan dan saling berkaitan satu sama lain sehingga keputusan di satu bagian akan mempengaruhi tindakan dibagian lain, sebagaimana halnya konsep sistem.
2.1.2 Produk (Product)
Produk adalah sesuatu yang ditawarkan dan dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Macam produk terdiri dari tiga ciri, yaitu:
1. Berciri fisik, misal mobil.
2. Berciri jasa layanan misal: hotel.
3. Berciri ide, misal: layanan jasa konsultasi.
Sedangkan tingkatan produk ada tiga macam, yaitu:
1. Inti produk berupa jasa layanan dan manfaat.
2. Produk berupa mutu, model, ciri, kemasan dan nama merk.
3. Tambahan produk berupa instalasi/pemasangan, penyerahan dan kredit garansi/jamuan serta jasa pelayanan purna jual.
Dalam mencari strategi pemasaran untuk tiap produk, pemasaran mengembangkan beberapa susunan klasifikasi produk yang didasarkan pada karakteristik produk. Produk dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok menurut daya tahan atau kemampuan wujudnya.
1. Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang dikonsumsi dengan satu atau beberapa kali pemakaian.
2. Barang tahan lama adalah barang berujud yang biasanya digunakan untuk waktu yang lama.
3. Jasa adalah kegiatan, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.
Dalam mengembangkan strategi pemasaran untuk produk individual, penjual menghadapi masalah pemberian merek. Merek dapat menambah nilai produk dan karena itu merupakan aspek intrinsik dalam strategi produk. Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi dari semuanya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual serta untuk membedakan dari produk dan jasa pesaing. Nama merek adalah bagian dari merek yang dapat dilafalkan atau diucapkan. Tanda Merek adalah bagian dari merek yang dapat dikenali tetapi tidak dapat dilafalkan seperti simbol, desain atau semacamnya. Merek dagang adalah merek atau bagian dari merek yang mendapat perlindungan hukum karena mampu memperoleh hak secara eksklusif. Sebuah merek dagang melindungi hak eksklusif penjual untuk menggunakan nama merek dan atau tanda merek.
Pengembangan kemasan yang efektif untuk suatu produk membutuhkan pertimbangan yang matang. Tugas pertama adalah menetapkan konsep pengemasan yaitu ketetapan mengenai apa dan bagaimana seharusnya kemasan produk. Apakah fungsi utama kemasan sebagai pelindung produk untuk memperkenalkan mutu tertentu produk atau perusahaan atau untuk sesuatu yang lain.
Keputusan harus diambil mengenai unsur desain kemasan lebih lanjut. Misalnya apakah akan digunakan banyak atau sedikit tulisan. Apakah akan dibuat dari kertas kaca atau kertas biasa. Apakah berupa bungkus plastik atau yang berlapis mengkilat dan seterusnya. Berbagai unsur pengemasan harus dibuat agar serasi dan sesuai dengan keputusan mengenai harga, iklan dan unsure pemasaran lainnya. Setelah pengemasan dirancang, selanjutnya harus dilakukan beberapa pengujian. Pengujian teknik dilakukan untuk menjamin kondisi kemasan adalah normal. Pengujian visual dimaksudkan untuk menjamin para dealer menemukan kemasan yang menarik dan mudah menanganinya. Pengujian konsumen untuk menjamin adanya tanggapan baik dari konsumen.
Hal lain yang mempunyai kaitan erat dengan pengemasan dan merek adalah pemberian/penentuan label. Secara definitive dapat dikatakan bahwa label adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang barang tersebut atau penjualnya. Jadi sebuah label mungkin merupakan bagian dari pengemasan atau merupakan etiket yang tertempel secara langsung pada sebuah barang. Label digolongkan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Label merek adalah label yang sematamata sebagai merek.
2. Label kualitas adalah label yang menunjukkan tingkat kualitas tertentu dari suatu barang. Label ini dinyatakan dengan tulisan atau kata-kata.
3. Label deskriptif disebut juga label informative merupakan label yang menggambarkan tentang cara penggunaan, susunan, pemeliharaan dan atau hasil kerja dari suatu barang.
2.1.3 Price (Harga)
Secara sederhana definisi harga adalah pencerminan dari nilai. Dalam teori ekonomi, harga, nilai dan faedah merupakan istilah-istilah yang saling berhubungan. Faedah adalah atribut barang yang dapat memuaskan kebutuhan. Sedangkan nilai adalah ungkapan secara kuantitatif tentang kemampuan barang agar dapat menarik dalam pertukaran. Karena perekonomian kita bukan merupakan sistem barter maka untuk mengadakan pertukaran atau untuk mengukur nilai suatu barang kita menggunakan uang. Jadi harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Biasanya seorang penjual menetapkan harga berdasarkan kombinasi barang secara fisik ditambah beberapa jasa lain serta keuntungan yang memuaskan. Dalam hal ini harga merupakan cara bagi seorang penjual untuk membedakan penawarannya dari para pesaing hingga penetapan harga dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari fungsi deferensiasi barang dalam pemasaran.
Strategi penetapan harga sangat mempengaruhi tingkat penjualan suatu produk. Oleh karena itu dalam strategi penetapan harga perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:
1. Harga produk cukup kompetitif.
2. Sistem pemberian discount.
3. Sistem pembayaran.
Didalam penetapan harga, penjual dapat menentukan metode penetapan harga berdasarkan taksiran permintaan dan fungsi biaya dari pesaing. Harga tersebut berada diantara titik tertinggi untuk menghasilkanlaba dan titik terendah untuk menarik permintaan. Dalam penetapan harga, ada tiga pertimbangan, yaitu:
1. Untuk produk convenien yaitu barangbarang konsumen yang biasanya dibeli berulang kali, mudah diperoleh dengan pengorbanan usaha yang paling minimum. Metode penetapan harga untuk produk tersebut adalah berdasarkan pertimbangan biaya produk.
2. Untuk produk shopping/ belanjaan yaitu barang-barang yang oleh pembeli dibandingkan atas dasar kesesuaian, kualitas, harga dan style sebelum calon pembeli memutuskan untuk membeli. Metode penetapan harga untuk produk tersebut adalah berdasarkan pertimbangan harga bersaing.
3. Untuk produk spesial yaitu barangbarang yang berciri istimewa dalam kualitas, pelayanan dan diberikan atau karena keadaan yang khas dan bukan karena harga. Metode penetapan harga untuk produk tersebut adalah berdasarkan pertimbangan harga persepsi.
2.1.4 Place (Distribusi)
Suatu komoditas dikatakan sebagai produk apabila ia berada di tempat pada saat dibutuhkan oleh konsumen. Untuk itu perusahan melakukan fungsi distribusi agar produk menjadi wujud yang sebenarnya. Banyak perusahaan yang tidak dapat mencapai target pasar disebabkan karena tidak mampu mengelola dengan baik saluran distribusi.
Kebanyakan produsen bekerjasama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membentuk saluran pemasaran (saluran distribusi). Menurut Kotler (140:1997), saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi.
Perantara pemasaran merupakan hal yang penting karena ditinjau dari azas manfaat distribusi, pemasaran akan meningkatkan nilai produk. Azas manfaat tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Nilai Waktu
Menyediakan komoditas secara terusmenerus sepanjang waktu. Dengan demikian tercipta stabilitas harga secara tidak langsung.
2. Nilai Tempat
Sentral produsen pertanian di desa menjual ke pusat konsumsi di kota atau dari kawasan industri kekawasan konsumsi.
3. Nilai Bentuk
Merubah barang dari tak berwujud menjadi berwujud, dari satuan besar ke satuan kecil.
4. Nilai Kepemilikan
Dari produsen ke perantara pemasaran dan terus ke konsumen. Pada distribusi lain produsen ingin mendelegasikan sebagian pekerjaannya kepada perantara. Sebagai balas jasa perantara harus memperoleh keuntungan yang wajar dari produsen.
Menurut Irawan, Farid Wijaya dan Sudjoni, MN, (138: 1996), saluran pemasaran terdiri dari beberapa tingkatan. Setiap perantara yang melakukan usaha menyalurkan barang ke pembeli akhir membentuk tingkatan saluran. Panjangnya saluran dapat digambarkan menggunakan jumlah tingkatan perantara sebagai berikut:
1. Saluran Nol Tingkat (saluran pemasaran langsung)
Saluran pemasaran ini terdiri dari seorang produsen yang menjual langsung kepada konsumen. Tiga cara penting dalam penjualan langsung adalah penjualan dari rumah ke rumah, penjualan lewat pos dan penjualan lewat toko perusahaan.
2. Saluran Satu Tingkat mempunyai satu perantara
Dalam pasar konsumen, perantara sekaligus merupakan pengecer.
3. Saluran Dua Tingkat mempunyai dua perantara.
Dalam pasar konsumen mereka merupakan grosir atau merupakan pedagang besar dan pengecer.
4. Saluran Tiga Tingkat mempunyai tiga perantara.
Dalam pasar konsumen mereka merupakan grosir, pemborong dan pengecer.
Dalam menentukan saluran distribusi, ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan oleh perusahaan:
1. Menganalisis produk.
2. Menentukan sifat dan luasnya pasar.
3. Meninjau penyalur yang ada.
4. Analisis biaya dan laba.
5. Kerjasama dan memotivasi penyalur.
6. Mengevaluasi penyalur.
2.1.5 Promotion (Promosi)
Promosi menunjukkan pada berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan kebaikan produknya, membujuk dan mengingatkan para pelanggan dan konsumen sasaran untuk membeli produk tersebut. Menurut Irwan, dkk. (153: 1996). Inti promosi adalah komunikasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi berjalan efektif adalah sebagai berikut:
1. Apa yang akan disampaikan?
Merupakan isi pesan yang akan disampaikan.
2. Kepada siapa akan disampaikan?
Merupakan sasaran komunikasi/komunikan/khalayak.
3. Siapa yang akan menyampaikan?
Merupakan komunikator yang akan menyampaikan
4. Bagaimana cara menyampaikan?
Merupakan media apa yang akan dipakai.
5. Kapan disampaikan?
Merupakan waktu dari kegiatan komunikasi.
Kemampuan suatu perusahaan mengelola promosi dengan biaya yang relative kecil sangat mempengaruhi tingkat penjualan suatu produk. Promosi yang dilakukan adalah pengenalan produk secara efektif dan menembus langsung konsumen atau pelanggan dan calon pelanggan. Apabila produk yang dipasarkan sangat spesifik dan segmen pasarnya adalah pasar tertentu maka promosi yang effisien dan efektif dilakukan dengan cara:
1. Seminar produk kepada konsumen dan calon konsumen.
2. Presentasi produk kepada konsumen dan calon konsumen.
3. Pengenalan produk melalui mass media.
4. Memberikan hadiah langsung berupa souvenir, yang ada identitas produk yang dipasarkan.
Menurut Basu Swastha, D.H (82: 1997), pengambilan keputusan di bidang pemasaran hampir selalu berkaitan erat dengan variabel-variabel Marketing Mix, oleh karena itu Marketing Mix sangat penting dan dapat dipakai sebagai alat pemasaran praktis. Tekanan utama dari marketing adalah pasar, karena pada akhirnya produk yang ditawarkan oleh perusahaan diarahkan kepasar tersebut. Kebutuhan pasar tersebut dipakai sebagai dasar untuk menentukan macam produknya, demikian pula keadaan pasar terhadap berbagai macam alternative harga, promosi dan distribusi. Semakin besar usaha-usaha yang dikeluarkan dalam Marketing Mix untuk penawaran yang ada, akan semakin besar pula penjualannya. Semakin banyak biaya periklanan, kunjungan penjualan, semakin rendah tingkat harga dan semakin tinggi tingkat kualitasnya, maka akan semakin besar volume penjualannya.
2.1.6 Keputusan Pembelian
Untuk setiap tipe pembeli, proses keputusan pembelian akan dicoba diuraikan tiga tipe perilaku pembelian yang didasarkan atas situasi yang dihadapi konsumen: keputusan pembelian terpadu, kebiasaan dan keputusan pembelian yang tidak banyak membutuhkan pemikiran atau upaya khusus untuk menentukan pilihan. Keputusan konsumen untuk membeli sebuah produk adalah contoh tipe keputusan yang sifatnya kompleks dan terpadu. Hal ini disebabkan keputusan diambil setelah dilakukan pertimbangan berbagai faktor melalui serangkaian kegiatan pencarian informasi, evaluasi alternatif, pada akhirnya penentuan produk. Sementara itu tipe keputusan lain mungkin tidak perlu dasar pertimbangan yang rumit seperti itu. Keputusan pembelian dapat saja diambil dengan upaya minimal karena hanya mendasarkan diri pada kepuasan masa lalu terhadap penggunaan suatu produk. Tipe pembelian semacam ini merupakan tipe kebiasaan, yang pada akhirnya menciptakan loyalitas terhadap produk dan perusahaan.
Proses pengklasifikasian keputusan pembeli dapat dilakukan dengan mengunakan matriks berdimensi aspek kebutuhan informasi dan tipe keputusan yang akan diambil.
Tabel 2.1 Alternatif Keputusan Konsumen
Keterlibatan Konsumen Tinggi Keterlibatan Konsumen Rendah
Pengambilan Keputusan Keputusan Pembelian yang kompleks Impulse
Kebiasaan Loyalitas Merk Inersia
4 alternatif keputusan konsumen :
1. Pengambilan keputusan yang kompleks.
Terjadi apabila keterikatan individu cukup besar pada berbagai pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan pembelian dilakukan setelah melalui serangkaian proses pencarian informasi sampai dengan evaluasi terhadap merek produk.
2. Loyalitas merek (brand loyalty).
Terjadi apabila keterikatan individu pada pertimbangan produk cukup tinggi, tetapi konsumen relatif jarang mengambil keputusan yang baru. Dengan kata lain, konsumen hanya melakukan pembelian ulang.
3. Keputusan pembelian tiba-tiba (impulse purchasing)
Konsumen tidak membutuhkan banyak pertimbangan untuk melakukan pembelian. Proses keputusan dapat dilakukan dengan cepat, tanpa harus menunggu pencarian informasi dan judgement tertentu untuk memilih produk. Satu hal lagi yang perlu diingat dalam tipe keputusan ini adalah bahwa konsumen relative tidak menghadapi switching costs yang tinggi untuk berganti merek produk.
4. Keputusan karena inersia
Terjadi apabila konsumen tidak banyak membutuhkan pertimbangan dalam menentukan pembelian produk yang disebabkan bukan karena mereka loyal terhadap produk, melainkan disebabkan karena inersia. Artinya, konsumen memilih dan menentukan merek produk yang relative dapat memuaskan kebutuhannya, walaupun belum optimal dan ini disebabkan mereka tidak ingin membuang banyak waktu dan berusaha mencari alternatif.
2.2 Kajian Penelitian Sejenis
1. Judul : Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Produk Minuman Kopi di Potluck a Coffee Bar and Librarya Bandung.
Nama : Vici Kristina Hutagaol
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Manajemen
Kesimpulan : Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Analisis Korelasi, Koefisien Determinasi dan Pengujian Hipotesis, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan strategi bauran pemasaran yang dilakukan oleh POTLUCK secara umum telah dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.
2. Judul : Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Kartu Seluler IM3 di Kelurahan Sumber Sari Malang.
Nama : Sandy Arintoko
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Manajemen
Kesimpulan : Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda, ada pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian kartu seluler IM3 di Kelurahan Sumber Sari Malang.
2.3 Hipotesis
Untuk melihat sejauh mana pengaruh perilaku konsumen terhadap memilih suatu merek motor maka penulis menggunakan hipotesis sebagai berikut :
1. H0 : tidak ada pengaruh harga dengan keputusan pembelian.
Ha : ada pengaruh harga dengan keputusan pembelian.
2. H0 : tidak ada pengaruh produk dengan keputusan pembelian.
Ha : ada pengaruh produk dengan keputusan pembelian.
3. H0 : tidak ada pengaruh promosi dengan keputusan pembelian.
Ha : ada pengaruh promosi dengan keputusan pembelian.
4. H0 : tidak ada pengaruh distribusi dengan pembelian.
Ha : ada pengaruh distribusi dengan keputusan pembelian.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian yang diteliti oleh penulis adalah atribut bauran pemasaran pada produk sembako warung ucok yang berlokasi di Jl. Raya Laladon No. 17, Ciomas, Bogor, Jawa Barat.
3.2 Data atau Variabel
Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, dengan melibatkan 50 responden terpilih untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian produk sembako pada Warung Ucok.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Data Primer
Kegiatan kunjungan langsung ke tempat yang menjadi objek penelitian untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam penelitian dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden.
b. Data Sekunder
Mengumpulkan data yang relevan dari sumber tertulis yang berkaitan dengan bidang yang diteliti.
3.4 Model Penelitian dan Teknik Analisis Data
Gambar 3.1 Model Penelitian
Teknik Analisis Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
KP = a + b1.H + b2.P + b3.D + b4.Pr
Dimana :
a, b1, b2, b3, b4 = Konstanta
KP = Keputusan Pembelian
H = Harga
P = Produk
D = Distribusi
Pm = Promosi