Jumat, 26 November 2010

ETIKA BISNIS & PEDOMAN PERILAKU

Nama : Deris Kharisma

Kelas : 4EA03

NPM : 10207278

Matkul: Etika Bisnis

ETIKA BISNIS & PEDOMAN PERILAKU

Pelaksanaan GCG perlu dilandasi oleh integritas yang tinggi demi mencapai keberhasilan dalam jangka panjang. Maka diperlukanlah pedoman perilaku (code of conduct) yang dapat menjadi acuan bagi organ perusahaandan semua karyawan dalam menerapkan nilai-nilai dan etika bisnis sehingga menjadi bagian dari budaya perusahaan. Prinsip dasar yang harus dimiliki perusahaan adalah setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values) yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya. Untuk merealisasikannya, perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ perusahaan dan semua karyawan.

1. Nilai-nilai Perusahaan

Merupakan landasan moral dalam mencapai visi dan misi perusahaan. Walaupun nilai-nilai perusahaan pada dasarnya universal, namun dalam merumuskannya perlu disesuaikan dengan sektor usaha dan karakter serta letak geografis dari masing-masing perusahaan.

2. Etika Bisnis

Suatu acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahatermasuk dalam berinteraksi dengan pemangku kepentingan. Setiap perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati bersama dan dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku.

3. Pedoman Perilaku

3.1. Fungsi Pedoman Perilaku

Pedoman perilaku merupakkan penjabaran nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis dalam melaksanakan usaha sehingga menjadi panduan bagi organ perusahaan dan semua karyawan perusahaan. Pedoman perilaku mencakup panduan tentang benturan kepentingan, pemberian dan penerimaan hadiah dan donasi, kepatuhan terhadap peraturan, kerahasiaan informasi dan pelaporan terhadap perilaku yang tidak etis.

3.2 Benturan Kepentingan

Merupakan keadaan dimana terdapat konflik antara kepentingan ekonomis perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan Direksi, serta karyawan perusahaan.

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawanperusahaan dilarang menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan atau keuntungan pribadi, keluarga dan pihak lain.

3.3 Pemberian dan Penerimaan Hadiah dan Donasi

Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan dilarang memberikan atau menawarkan atau menerima sesuatu baik langsung ataupun tidak langsung, dari mitra bisnis yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.

Donasi oleh perusahaan ataupun pemberian suatu asset perusahaan kepada partai politik atau seorang atau lebih calon anggota badan legislatif maupun eksekutif, hanya boleh dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam batas kepatutan sebagaimana telah ditetapkan oleh perusahaan, donasi untuk amaldapat dibenarkan.

3.4 Kepatuhan terhadap Peraturan

Organ perusahaan dan karyawan perusahaan harus melaksanakan peraturan perundang-undangan dan peraturan perusahaan,

Perusahaan harus melakukan pencatatan atas harta, utang dan modalsecara benar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Sumber :

N.Nuryesrnan M, Moral dan Etika Dalam Dunia Bisnis, Bank dan Manajemen, Mei/Juni 1996.

ejournal.unud.ac.id

entrepreneur.gunadarma.ac.id

http://id.wikipedia.org

www.ird.or.id/index.php?option=com

ashur.staff.gunadarma.ac.id

www.scribd.com

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Nama : Deris Kharisma

Kelas : 4EA03

NPM : 10207278

Matkul: Etika Bisnis

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) tidak lagi menjadi sebuah barang mewah yang hanya sanggup dibeli oleh sebagian kecil kalangan. Perusahaan multinasional dan Indonesia berupaya untuk menemukan cara-cara yang inovatif dan berkelanjutan untuk membawa manfaat bagi mereka yang kurang terlayani dan kurang beruntung dalam berbagai masyarakat tempat perusahaan-perusahaan tersebut bekerja.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegangsaham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.

CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.

1. Syarat Bagi Tanggung Jawab Moral

Tindakan itu dijalankan oleh pribadi yang rasional

Bebas dari tekanan, ancaman, paksaan atau apapun namanya

Orang yang melakukan tindakan tertentu memang mau melakukan tindakan itu

2. Status Perusahaan

Terdapat dua pandangan (Richard T. De George, Business Ethics, hlm.153), yaitu:

Legal-creator, perusahaan sepenuhnya ciptaan hukum, karena itu ada hanya berdasarkan hukum

Legal-recognition, suatu usaha bebas dan produktif

3. Lingkup Tanggung Jawab Sosial

Keuntungan ekonomis

Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas

4. Argumen yang Menentang Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan

Tujuan utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-besarnya

Tujuan yang terbagi-bagi dan Harapan yang membingungkan

Biaya Keterlibatan Sosial

Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial

5. Argumen yang Mendukung Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan

Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah

Terbatasnya Sumber Daya Alam

Lingkungan Sosial yang Lebih Baik

Perimbangan Tanggung Jawab dan Kekuasaan

Bisnis Mempunyai Sumber Daya yang Berguna

Keuntungan Jangka Panjang

6. Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Prinsip utama dalam suatu organisasi profesional, termasuk perusahaan, adalah bahwa struktur mengikuti strategi

Artinya, struktur suatu organisasi didasarkan ditentukan oleh strategi dari organisasi atau perusahaan itu

Strategi yang diwujudkan melalui struktur organisasi demi mencapai tujuan dan misi perusahaan perlu dievaluasi secara periodik, salah satu bentuk evaluasi yang mencakup nilai-nilai dan tanggung jawab sosial perusahaan adalah Audit Sosial

Sumber :

N.Nuryesrnan M, Moral dan Etika Dalam Dunia Bisnis, Bank dan Manajemen, Mei/Juni 1996.

ejournal.unud.ac.id

entrepreneur.gunadarma.ac.id

http://id.wikipedia.org

www.ird.or.id/index.php?option=com

ashur.staff.gunadarma.ac.id

www.scribd.com

PERANAN ETIKA DALAM BISNIS DAN KODE ETIK PERUSAHAAN

Nama : Deris Kharisma

Kelas : 4EA03

NPM : 10207278

Matkul: Etika Bisnis

PERANAN ETIKA DALAM BISNIS DAN KODE ETIK PERUSAHAAN

A. Peranan Etika dalam Bisnis

Menurut Richard De George, bila perusahaan ingin sukses atau berhasil memerlukan 3 hal pokok yaitu :

1. Produk yang baik

2. Managemen yang baik

3. Memiliki etika

Selama perusahaan memiliki produk yang berkualitas dan berguna untuk masyarakat, disamping itu dikelola dengan manajemen yang tepat dibidang produksi, financial, sumber daya manusia dan lain-lain tetapi tidak mempunyai etika, maka kekurangan ini cepat atau lambat akan menjadi batu sandungan bagi perusahaan tersebut.

Bisnis merupakan suatu unsur mutlak diperlukan dalam masyarakat modern. Tetapi kalau merupakan fenomena social yang begitu hakiki, bisnis tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu harus diterima dalam pergaulan social, termasuk juga aturan-aturan moral.

Mengapa bisnis harus berlaku etis, sebetulnya sama dengan bertanya mengapa manusia pada umumnya harus berlaku etis. Bisnis disini hanya merupakan suatu bidang khusus dari kondisi manusia yang umum. Berikut adalah jawabannya :

1. Tuhan melalui agama/kepercayaan yang dianut, diharapkan setiap pebisnis akan dibimbing oleh iman kepercayaanya, dan menjadi tugas agama mengajak para pemeluknya untuk tetap berpegang pada motivasi moral.

2. Kontrak sosial, umat manusia seolah-olah pernah mengadakan kontrak yang mewajibkan setiap anggotanya untuk berpegang pada norma-norma moral, dan kontrak ini mengikat kita sebagai manusia, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa melepaskan diri darinya.

3. Keutamaan, menurut Plato dan Aristoteles, manusia harus melakukan yang baik, justru karena hal itu baik. Yang baik mempunyai nilai intrinsik, artinya yang baik adalah baik karena dirinya sendiri.

B. Kode Etik Perusahaan

Kode Etik (Patrick Murphy) atau disebut juga code of conduct atau code of ethical conduct, ini menyangkut kebijakan etis perusahaan berhubungan dengan kesulitan yang bisa timbul (mungkin pernah timbul dimasa lalu), seperti konflik kepentingan, hubungan pesaing dengan pemasok, menerima hadiah, sumbangan dan sebagainya.

Latar belakang pembuatan Kode Etik adalah sebagai cara ampuh untuk melembagakan etika dalam struktur dan kegiatan perusahaan. Bila perusahaan memiliki Kode Etik sendiri, ia mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan perusahaanyang tidak memilikinya.

Manfaat Kode Etik Perusahaan

1. Kode Etik dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah dijadikan sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting bagi perusahaan besar yang karyawannya tidak semuanya saling mengenal satu sama lainnya.

2. Kode Etik, dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu) dibidang etika. (penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban perusahaan dalam melindungi lingkungan hidup).

3. Kode Etik menjelaskan bagaimana perusahaanmenilai tanggung jawab sosialnya.

4. Kode Etik, menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya, kemungkinan untuk mengatur diri sendiri (self regulation)

Sumber :

N.Nuryesrnan M, Moral dan Etika Dalam Dunia Bisnis, Bank dan Manajemen, Mei/Juni 1996.

ejournal.unud.ac.id

entrepreneur.gunadarma.ac.id

http://id.wikipedia.org

www.ird.or.id/index.php?option=com

ashur.staff.gunadarma.ac.id

www.scribd.com

ETIKA BISNIS

Nama : Deris Kharisma

Kelas : 4EA03

NPM : 10207278

Matkul: Etika Bisnis

ETIKA BISNIS

1. Pengertian Etika Bisnis

Etika berasal dari kata etis dan tidak selalu dipakai dalam arti yang sama dan karena itu pula ”etika bisnis” berbeda artinya. Etika sebagai praksis berarti nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak dipraktekkan, walaupun seharusnya dipraktekkan. Sedangkan etis, merupakan sifat dari tindakan yang sesuai dengan etika.

Jadi etika bisnis dapat diartikan sebagai acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha termasuk dalam berinteraksi dengan pemangku kepentingan (stakeholders) penerapan nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis secara berkesinambungan mendukung terciptanya budaya perusahaan..

2. Tujuan yang dicapai dalam mempelajari Etika Bisnis

Menurut K.Bartens, ada 3 tujuan yang ingin dicapai,yaitu :

1. Menanamkan atau meningkatkan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis.

Hal ini dimaksudkan agar orang yang mendalami etika bisnis memperoleh keyakinan bahwa etika merupakan segi nyata dari kegiatan ekonomis yang perlu diberikan perhatian serius.

2. Memperkenalkan argumentasi moral khusunya dibidang ekonomidan bisnis, serta membantu pebisnis/calon pebisnis dalam menyusun argumentasi moral yang tepat.

Melalui studi etika diharapkan pelaku bisnis akan sanggup menemukan fundamental rasional untuk aspek moral yang menyangkut ekonomi dan bisnis.

3. Membantu pebisnis/calon pebisnis, untuk menetukan sikap moral yang tepat di dalam profesinya kelak.

Disatu pihak harus dikatakan, etika mengikat tetapi tidak memaksa. Disisi lain, studi dan pengajaran tentang etika bisnis boleh diharapkan juga mempunyai dampak atas tingkah laku pebisnis. Bila studi etika telah membuka mata, konsekuensi logisnya adalah pebisnis bertingkah laku menurut yang diakui sebagai hal yang benar.

3. Tiga aspek pokok dari bisnis

1. Sudut pandang ekonomis: bisnis merupakan kegiatan ekonomis. Di sini terjadi interaksi antar produsen, konsumen, pekerja dan lainnya, dengan tujuan untuk mencari untung. Dari sudut pandang ekonomis, good business adalah bisnis yang bukan saja menguntungkan, tetapi juga bisnis yang berkualitas etis.

2. Sudut pandang moral: berorientasi pada profit adalah sangat wajar dalam bisnis, akan tetapi jangan keuntungan yang diperoleh tersebut justru dapat merugikan pihak lain. Kita harus menghormati kepentingan orang lain demi kepentingan bisnis kita sendiri.

3. Sudut pandang hukum: kegiatan bisnis pasti terikat dengan hukum, baik hukum dagang ataupun hukum bisnis, yang merupakan cabang penting dari ilmu hukum modern. Dari segi norma, hukum lebih jelas dan pasti daripada etika, karena peraturan hukum dituliskan hitam atas putih dan ada sanksi tertentu bila terjadi pelanggaran.

Dari sudut pandang moral, setidaknya ada 3 tolok ukur yaitu:

1. Hati nurani: jika kita mengambil keputusan moral berdasarkan hati nurani, keputusan yang diambil “dihadapan tuhan” dan kita sadar dengan tindakan tersebut memenuhi kehendak tuhan.

2. Kaidah emas: cara lebih obyektif untuk menilai baik buruknya perilaku moral adalah mengukurnya dengan kaidah emas.

3. Penilaian umum: cara ini paling ampuh untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku yaitu dengan cara menyerahkan kepada masyarakat umum untuk menilai, bisa disebut juga audit social. Sebagaimana melalui audit dalam arti biasa, sehat tidaknya keadaan financial suatu perusahaan dipastikan, demikian juga kualitas etis suatu perbuatan ditentukan oleh penilaian masyarakat umum.

Sumber :

N.Nuryesrnan M, Moral dan Etika Dalam Dunia Bisnis, Bank dan Manajemen, Mei/Juni 1996.

ejournal.unud.ac.id

entrepreneur.gunadarma.ac.id

http://id.wikipedia.org

www.ird.or.id/index.php?option=com

ashur.staff.gunadarma.ac.id

www.scribd.com

Minggu, 10 Oktober 2010

Pengaruh Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Sembako pada Warung Ucok

Nama : Deris Kharisma
Kls : 4EA03
Npm : 10207278
Mata Kuliah : Riset Pemasaran

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Irsan atau lebih dinenal dengan sebutan “ucok”, lahir di Medan tahun 1980. Dia adalah lulusan dari sekolah menengah atas. Pada tahun 2000 dia pindah dari Medan ke Bogor. Sekarang dia bekerja sebagai seorang wirausaha (pedagang) dan mempunyai sebuah warung yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari (sembako). Latar belakang usahanya adalah dimulai dari ayah dan saudara-saudaranya yang dahulunya adalah seorang pedagang keliling yang menjual dagangannya dari warung satu ke warung lain. Karena banyak dagangan yang masih tersimpan dalam rumah (gudang) yang belum dikelilingkan, maka beliau berinisiatif membuka sebuah warung, untuk menjual dagangan tersebut. Motif dari beliau membuka warung juga tidak lain adalah untuk menambah penghasilan karena beliau juga butuh biaya untuk sehari-harinya. Modal yang dibutuhkan beliau saat itu bukan dari modal yang besar (uang/materi), saat itu beliau mengambil dagangan dari toko terlebih dahulu (stok barang), kemudian mengadakan perjanjian dengan toko tersebut dengan melunasi barang-barang tersebut apabila dagangan sudah terjual (jatuh tempo). Dengan memutarkan dagangan, beliau akhirnya mulai mendapatkan hasil. Warung beliau mulai mengalami kemajuan dan berkembang, sehingga beliau tidak lagi menjadi pedagang keliling. Daripada mencari pekerjaan susah, ia melanjutkan usaha sehingga dijadikannya usaha pokok dan akhirnya berkembang sampai sekarang dibantu dengan istrinya. Rata-rata penghasilan perharinya dikatakan lumayan karena bisa mencapai angka diatas Rp 300.000,00. Warung tersebut telah berdiri selama 10 tahun sampai sekarang ini.
Warung Ucok buka sekitar jam 6 pagi dan tutup sekitar jam 10 malam. Barang dagangannya sangat bervariasi. Mulai dari sembako, kue-kue basah, alat tulis, kosmetika dan kecantikan, obat-obatan, air isi ulang (gallon), gas 3 kg, dll. Kebutuhan barang dagangan tersebut diperoleh dari para sales merk barang yang bersangkutan. Pola pembayaran nya ada yang tunai, giro, konsinyasi, dan ada yang per periode pembayaran. Seperti hal nya para pedagang lainnya, harga dari supplir sangat diperhitungkan. Selektif dan cermat adalah yang dijadikan pedoman dalam memilih supplier.
Warung yang dimilikinya mempunyai pelanggan utama dari penduduk sekitar lokasi warung tempatnya berada. Namun diakuinya, kebutuhan dari pabrik, perusahaan, ataupun wisatawan yang piknik juga dibeberapa kali dipasok dari warung ini. Bahkan beberapa warung kecil juga mengambil kebutuhan barang dagangannya dari warung ucok ini. Hal ini menurut beliau adalah dikarenakan harga yang diakuinya relative murah dan kualitas barang dagangannya terjamin. Namun, sejak keberadaan sebuah Supermarket Waralaba yang cukup terkenal yang terletak sekitar 100 m ke arah utara dari lokasi warung ucok, sedikit banyak mempengaruhi tingkat penjualan warung ucok. Harganya sangat bersaing, bahkan diakuinya untuk beberapa barang dagangan, warung ini membelinya dari Supermarket Waralaba tersebut. Oleh sebab itu, beliau berharap agar keberadaan Supermarket Waralaba tersebut diatur sedemikan rupa agar tidak membuat “pedagang kecil” sepertinya menjadi tergilas dan lama kelamaan mati. Oleh sebab itu sekali lagi, kepercayaan konsumen sangat dijaganya sehingga loyalitas lah sebagai prioritas bukan hanya keuntungan yang ingin diraihnya.

1.2. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Bagaimanakah Pengaruh Marketing Mix terhadap Keputusan Pembelian Sembako pada Warung Ucok.
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka batasan penelitian adalah penelitian hanya dilakukan pada konsumen/pembeli Sembako Warung Ucok di Kota Bogor dan penelitian dilakukan sebatas pada 4 variabel Marketing Mix, yaitu Harga, Produk, Promosi, dan Distribusi.

1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Terhadap Keputusan Pembelian pada Warung Ucok
.

1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini mudah-mudahan dapat memberikan manfaat positif, baik bagi penulis sendiri, orang lain, maupun pihak-pihak yang berkepentingan lain.
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan mata kuliah Dasar Pemasaran dan Manajemen Komunikasi Pemasaran, sehingga dengan melakukan penelitian ini diharapkan penulis dan semua pihak yang berkepentingan dapat lebih memahaminya.

2. Manfaat Praktis
Objek dalam penelitian ini adalah konsumen pemakai produk sari buah Mengkudu, sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya konsumen dan perusahaan.

















BAB II
LANDASAN TEORI


2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Pengertian Marketing Mix
Dalam menghadapi pasar sasarannya perusahaan memiliki seperangkat alat-alat pemasaran yang sangat berperan untuk memperoleh dampak maximum terhadap pasar. Alat-alat pemasaran tersebut terangkum dalam bauran pemasaran perusahaan. Secara definitif dikatakan oleh Philip Kotler (82:1997) bahwa:
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran.
Alat pemasaran tersebut dapat dikelompokan menjadi empat kelompok variabel yang dikenal sebagai 4P yaitu: produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion). Keempat variabel tersebut dapat dikombinasikan dan saling berkaitan satu sama lain sehingga keputusan di satu bagian akan mempengaruhi tindakan dibagian lain, sebagaimana halnya konsep sistem.

2.1.2 Produk (Product)
Produk adalah sesuatu yang ditawarkan dan dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Macam produk terdiri dari tiga ciri, yaitu:
1. Berciri fisik, misal mobil.
2. Berciri jasa layanan misal: hotel.
3. Berciri ide, misal: layanan jasa konsultasi.
Sedangkan tingkatan produk ada tiga macam, yaitu:
1. Inti produk berupa jasa layanan dan manfaat.
2. Produk berupa mutu, model, ciri, kemasan dan nama merk.
3. Tambahan produk berupa instalasi/pemasangan, penyerahan dan kredit garansi/jamuan serta jasa pelayanan purna jual.
Dalam mencari strategi pemasaran untuk tiap produk, pemasaran mengembangkan beberapa susunan klasifikasi produk yang didasarkan pada karakteristik produk. Produk dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok menurut daya tahan atau kemampuan wujudnya.
1. Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang dikonsumsi dengan satu atau beberapa kali pemakaian.
2. Barang tahan lama adalah barang berujud yang biasanya digunakan untuk waktu yang lama.
3. Jasa adalah kegiatan, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.
Dalam mengembangkan strategi pemasaran untuk produk individual, penjual menghadapi masalah pemberian merek. Merek dapat menambah nilai produk dan karena itu merupakan aspek intrinsik dalam strategi produk. Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi dari semuanya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual serta untuk membedakan dari produk dan jasa pesaing. Nama merek adalah bagian dari merek yang dapat dilafalkan atau diucapkan. Tanda Merek adalah bagian dari merek yang dapat dikenali tetapi tidak dapat dilafalkan seperti simbol, desain atau semacamnya. Merek dagang adalah merek atau bagian dari merek yang mendapat perlindungan hukum karena mampu memperoleh hak secara eksklusif. Sebuah merek dagang melindungi hak eksklusif penjual untuk menggunakan nama merek dan atau tanda merek.
Pengembangan kemasan yang efektif untuk suatu produk membutuhkan pertimbangan yang matang. Tugas pertama adalah menetapkan konsep pengemasan yaitu ketetapan mengenai apa dan bagaimana seharusnya kemasan produk. Apakah fungsi utama kemasan sebagai pelindung produk untuk memperkenalkan mutu tertentu produk atau perusahaan atau untuk sesuatu yang lain.
Keputusan harus diambil mengenai unsur desain kemasan lebih lanjut. Misalnya apakah akan digunakan banyak atau sedikit tulisan. Apakah akan dibuat dari kertas kaca atau kertas biasa. Apakah berupa bungkus plastik atau yang berlapis mengkilat dan seterusnya. Berbagai unsur pengemasan harus dibuat agar serasi dan sesuai dengan keputusan mengenai harga, iklan dan unsure pemasaran lainnya. Setelah pengemasan dirancang, selanjutnya harus dilakukan beberapa pengujian. Pengujian teknik dilakukan untuk menjamin kondisi kemasan adalah normal. Pengujian visual dimaksudkan untuk menjamin para dealer menemukan kemasan yang menarik dan mudah menanganinya. Pengujian konsumen untuk menjamin adanya tanggapan baik dari konsumen.
Hal lain yang mempunyai kaitan erat dengan pengemasan dan merek adalah pemberian/penentuan label. Secara definitive dapat dikatakan bahwa label adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang barang tersebut atau penjualnya. Jadi sebuah label mungkin merupakan bagian dari pengemasan atau merupakan etiket yang tertempel secara langsung pada sebuah barang. Label digolongkan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Label merek adalah label yang sematamata sebagai merek.
2. Label kualitas adalah label yang menunjukkan tingkat kualitas tertentu dari suatu barang. Label ini dinyatakan dengan tulisan atau kata-kata.
3. Label deskriptif disebut juga label informative merupakan label yang menggambarkan tentang cara penggunaan, susunan, pemeliharaan dan atau hasil kerja dari suatu barang.

2.1.3 Price (Harga)
Secara sederhana definisi harga adalah pencerminan dari nilai. Dalam teori ekonomi, harga, nilai dan faedah merupakan istilah-istilah yang saling berhubungan. Faedah adalah atribut barang yang dapat memuaskan kebutuhan. Sedangkan nilai adalah ungkapan secara kuantitatif tentang kemampuan barang agar dapat menarik dalam pertukaran. Karena perekonomian kita bukan merupakan sistem barter maka untuk mengadakan pertukaran atau untuk mengukur nilai suatu barang kita menggunakan uang. Jadi harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Biasanya seorang penjual menetapkan harga berdasarkan kombinasi barang secara fisik ditambah beberapa jasa lain serta keuntungan yang memuaskan. Dalam hal ini harga merupakan cara bagi seorang penjual untuk membedakan penawarannya dari para pesaing hingga penetapan harga dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari fungsi deferensiasi barang dalam pemasaran.
Strategi penetapan harga sangat mempengaruhi tingkat penjualan suatu produk. Oleh karena itu dalam strategi penetapan harga perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:
1. Harga produk cukup kompetitif.
2. Sistem pemberian discount.
3. Sistem pembayaran.
Didalam penetapan harga, penjual dapat menentukan metode penetapan harga berdasarkan taksiran permintaan dan fungsi biaya dari pesaing. Harga tersebut berada diantara titik tertinggi untuk menghasilkanlaba dan titik terendah untuk menarik permintaan. Dalam penetapan harga, ada tiga pertimbangan, yaitu:
1. Untuk produk convenien yaitu barangbarang konsumen yang biasanya dibeli berulang kali, mudah diperoleh dengan pengorbanan usaha yang paling minimum. Metode penetapan harga untuk produk tersebut adalah berdasarkan pertimbangan biaya produk.
2. Untuk produk shopping/ belanjaan yaitu barang-barang yang oleh pembeli dibandingkan atas dasar kesesuaian, kualitas, harga dan style sebelum calon pembeli memutuskan untuk membeli. Metode penetapan harga untuk produk tersebut adalah berdasarkan pertimbangan harga bersaing.
3. Untuk produk spesial yaitu barangbarang yang berciri istimewa dalam kualitas, pelayanan dan diberikan atau karena keadaan yang khas dan bukan karena harga. Metode penetapan harga untuk produk tersebut adalah berdasarkan pertimbangan harga persepsi.

2.1.4 Place (Distribusi)
Suatu komoditas dikatakan sebagai produk apabila ia berada di tempat pada saat dibutuhkan oleh konsumen. Untuk itu perusahan melakukan fungsi distribusi agar produk menjadi wujud yang sebenarnya. Banyak perusahaan yang tidak dapat mencapai target pasar disebabkan karena tidak mampu mengelola dengan baik saluran distribusi.
Kebanyakan produsen bekerjasama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membentuk saluran pemasaran (saluran distribusi). Menurut Kotler (140:1997), saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi.
Perantara pemasaran merupakan hal yang penting karena ditinjau dari azas manfaat distribusi, pemasaran akan meningkatkan nilai produk. Azas manfaat tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Nilai Waktu
Menyediakan komoditas secara terusmenerus sepanjang waktu. Dengan demikian tercipta stabilitas harga secara tidak langsung.
2. Nilai Tempat
Sentral produsen pertanian di desa menjual ke pusat konsumsi di kota atau dari kawasan industri kekawasan konsumsi.
3. Nilai Bentuk
Merubah barang dari tak berwujud menjadi berwujud, dari satuan besar ke satuan kecil.
4. Nilai Kepemilikan
Dari produsen ke perantara pemasaran dan terus ke konsumen. Pada distribusi lain produsen ingin mendelegasikan sebagian pekerjaannya kepada perantara. Sebagai balas jasa perantara harus memperoleh keuntungan yang wajar dari produsen.
Menurut Irawan, Farid Wijaya dan Sudjoni, MN, (138: 1996), saluran pemasaran terdiri dari beberapa tingkatan. Setiap perantara yang melakukan usaha menyalurkan barang ke pembeli akhir membentuk tingkatan saluran. Panjangnya saluran dapat digambarkan menggunakan jumlah tingkatan perantara sebagai berikut:
1. Saluran Nol Tingkat (saluran pemasaran langsung)
Saluran pemasaran ini terdiri dari seorang produsen yang menjual langsung kepada konsumen. Tiga cara penting dalam penjualan langsung adalah penjualan dari rumah ke rumah, penjualan lewat pos dan penjualan lewat toko perusahaan.
2. Saluran Satu Tingkat mempunyai satu perantara
Dalam pasar konsumen, perantara sekaligus merupakan pengecer.
3. Saluran Dua Tingkat mempunyai dua perantara.
Dalam pasar konsumen mereka merupakan grosir atau merupakan pedagang besar dan pengecer.
4. Saluran Tiga Tingkat mempunyai tiga perantara.
Dalam pasar konsumen mereka merupakan grosir, pemborong dan pengecer.
Dalam menentukan saluran distribusi, ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan oleh perusahaan:
1. Menganalisis produk.
2. Menentukan sifat dan luasnya pasar.
3. Meninjau penyalur yang ada.
4. Analisis biaya dan laba.
5. Kerjasama dan memotivasi penyalur.
6. Mengevaluasi penyalur.

2.1.5 Promotion (Promosi)
Promosi menunjukkan pada berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan kebaikan produknya, membujuk dan mengingatkan para pelanggan dan konsumen sasaran untuk membeli produk tersebut. Menurut Irwan, dkk. (153: 1996). Inti promosi adalah komunikasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi berjalan efektif adalah sebagai berikut:
1. Apa yang akan disampaikan?
Merupakan isi pesan yang akan disampaikan.
2. Kepada siapa akan disampaikan?
Merupakan sasaran komunikasi/komunikan/khalayak.
3. Siapa yang akan menyampaikan?
Merupakan komunikator yang akan menyampaikan
4. Bagaimana cara menyampaikan?
Merupakan media apa yang akan dipakai.
5. Kapan disampaikan?
Merupakan waktu dari kegiatan komunikasi.
Kemampuan suatu perusahaan mengelola promosi dengan biaya yang relative kecil sangat mempengaruhi tingkat penjualan suatu produk. Promosi yang dilakukan adalah pengenalan produk secara efektif dan menembus langsung konsumen atau pelanggan dan calon pelanggan. Apabila produk yang dipasarkan sangat spesifik dan segmen pasarnya adalah pasar tertentu maka promosi yang effisien dan efektif dilakukan dengan cara:
1. Seminar produk kepada konsumen dan calon konsumen.
2. Presentasi produk kepada konsumen dan calon konsumen.
3. Pengenalan produk melalui mass media.
4. Memberikan hadiah langsung berupa souvenir, yang ada identitas produk yang dipasarkan.
Menurut Basu Swastha, D.H (82: 1997), pengambilan keputusan di bidang pemasaran hampir selalu berkaitan erat dengan variabel-variabel Marketing Mix, oleh karena itu Marketing Mix sangat penting dan dapat dipakai sebagai alat pemasaran praktis. Tekanan utama dari marketing adalah pasar, karena pada akhirnya produk yang ditawarkan oleh perusahaan diarahkan kepasar tersebut. Kebutuhan pasar tersebut dipakai sebagai dasar untuk menentukan macam produknya, demikian pula keadaan pasar terhadap berbagai macam alternative harga, promosi dan distribusi. Semakin besar usaha-usaha yang dikeluarkan dalam Marketing Mix untuk penawaran yang ada, akan semakin besar pula penjualannya. Semakin banyak biaya periklanan, kunjungan penjualan, semakin rendah tingkat harga dan semakin tinggi tingkat kualitasnya, maka akan semakin besar volume penjualannya.

2.1.6 Keputusan Pembelian
Untuk setiap tipe pembeli, proses keputusan pembelian akan dicoba diuraikan tiga tipe perilaku pembelian yang didasarkan atas situasi yang dihadapi konsumen: keputusan pembelian terpadu, kebiasaan dan keputusan pembelian yang tidak banyak membutuhkan pemikiran atau upaya khusus untuk menentukan pilihan. Keputusan konsumen untuk membeli sebuah produk adalah contoh tipe keputusan yang sifatnya kompleks dan terpadu. Hal ini disebabkan keputusan diambil setelah dilakukan pertimbangan berbagai faktor melalui serangkaian kegiatan pencarian informasi, evaluasi alternatif, pada akhirnya penentuan produk. Sementara itu tipe keputusan lain mungkin tidak perlu dasar pertimbangan yang rumit seperti itu. Keputusan pembelian dapat saja diambil dengan upaya minimal karena hanya mendasarkan diri pada kepuasan masa lalu terhadap penggunaan suatu produk. Tipe pembelian semacam ini merupakan tipe kebiasaan, yang pada akhirnya menciptakan loyalitas terhadap produk dan perusahaan.
Proses pengklasifikasian keputusan pembeli dapat dilakukan dengan mengunakan matriks berdimensi aspek kebutuhan informasi dan tipe keputusan yang akan diambil.
Tabel 2.1 Alternatif Keputusan Konsumen

Keterlibatan Konsumen Tinggi Keterlibatan Konsumen Rendah
Pengambilan Keputusan Keputusan Pembelian yang kompleks Impulse
Kebiasaan Loyalitas Merk Inersia

4 alternatif keputusan konsumen :
1. Pengambilan keputusan yang kompleks.
Terjadi apabila keterikatan individu cukup besar pada berbagai pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan pembelian dilakukan setelah melalui serangkaian proses pencarian informasi sampai dengan evaluasi terhadap merek produk.
2. Loyalitas merek (brand loyalty).
Terjadi apabila keterikatan individu pada pertimbangan produk cukup tinggi, tetapi konsumen relatif jarang mengambil keputusan yang baru. Dengan kata lain, konsumen hanya melakukan pembelian ulang.
3. Keputusan pembelian tiba-tiba (impulse purchasing)
Konsumen tidak membutuhkan banyak pertimbangan untuk melakukan pembelian. Proses keputusan dapat dilakukan dengan cepat, tanpa harus menunggu pencarian informasi dan judgement tertentu untuk memilih produk. Satu hal lagi yang perlu diingat dalam tipe keputusan ini adalah bahwa konsumen relative tidak menghadapi switching costs yang tinggi untuk berganti merek produk.
4. Keputusan karena inersia
Terjadi apabila konsumen tidak banyak membutuhkan pertimbangan dalam menentukan pembelian produk yang disebabkan bukan karena mereka loyal terhadap produk, melainkan disebabkan karena inersia. Artinya, konsumen memilih dan menentukan merek produk yang relative dapat memuaskan kebutuhannya, walaupun belum optimal dan ini disebabkan mereka tidak ingin membuang banyak waktu dan berusaha mencari alternatif.

2.2 Kajian Penelitian Sejenis
1. Judul : Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Produk Minuman Kopi di Potluck a Coffee Bar and Librarya Bandung.
Nama : Vici Kristina Hutagaol
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Manajemen
Kesimpulan : Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Analisis Korelasi, Koefisien Determinasi dan Pengujian Hipotesis, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan strategi bauran pemasaran yang dilakukan oleh POTLUCK secara umum telah dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.
2. Judul : Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Kartu Seluler IM3 di Kelurahan Sumber Sari Malang.
Nama : Sandy Arintoko
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Manajemen
Kesimpulan : Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda, ada pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian kartu seluler IM3 di Kelurahan Sumber Sari Malang.



2.3 Hipotesis
Untuk melihat sejauh mana pengaruh perilaku konsumen terhadap memilih suatu merek motor maka penulis menggunakan hipotesis sebagai berikut :
1. H0 : tidak ada pengaruh harga dengan keputusan pembelian.
Ha : ada pengaruh harga dengan keputusan pembelian.
2. H0 : tidak ada pengaruh produk dengan keputusan pembelian.
Ha : ada pengaruh produk dengan keputusan pembelian.
3. H0 : tidak ada pengaruh promosi dengan keputusan pembelian.
Ha : ada pengaruh promosi dengan keputusan pembelian.
4. H0 : tidak ada pengaruh distribusi dengan pembelian.
Ha : ada pengaruh distribusi dengan keputusan pembelian.
















BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian yang diteliti oleh penulis adalah atribut bauran pemasaran pada produk sembako warung ucok yang berlokasi di Jl. Raya Laladon No. 17, Ciomas, Bogor, Jawa Barat.

3.2 Data atau Variabel
Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, dengan melibatkan 50 responden terpilih untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian produk sembako pada Warung Ucok.

3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Data Primer
Kegiatan kunjungan langsung ke tempat yang menjadi objek penelitian untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam penelitian dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden.
b. Data Sekunder
Mengumpulkan data yang relevan dari sumber tertulis yang berkaitan dengan bidang yang diteliti.






3.4 Model Penelitian dan Teknik Analisis Data















Gambar 3.1 Model Penelitian


Teknik Analisis Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
KP = a + b1.H + b2.P + b3.D + b4.Pr
Dimana :
a, b1, b2, b3, b4 = Konstanta
KP = Keputusan Pembelian
H = Harga
P = Produk
D = Distribusi
Pm = Promosi