KELOMPOK :
1. ARIF ALFA BUDIMAN(10207160)
2. DERIS KHARISMA(10207278)
3. ILHAM SETIAWAN(10207553)
4. KRISTY SEPTIN BARASA (10207637)
5. OCTAVIANI PALANTUPEN (10207832)
6. RICKY IRAWAN(10207925)
KELAS : 3EA03
1. PENALARAN INDUKTIF
Penalaran yang bertolak dari penyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum.
Bentuk-bentuk penalaran induktif :
2. Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Macam-macam generalisasi
Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Generalisasi tidak sempurna
Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
2. Sampel harus bervariasi.
3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
Contoh generalisasi. :
Ucup seorang mahsiswa yang pintar (khusus)
Dina seorang mahasiwi yang pintar (khusus)
Semua mahsiswa/mahasiswi pintar-pintar (umum)
3. DEFINISI HIPOTESA & TEORI
Hipotesis adalah salah satu cara untuk memperoleh penjelasan(jawaban/fakta) atas suatu masalah. Hipotesis: tebakan/dugaan yang kemungkinan dapat mengacu pada suatu fakta.
Perlu Tidaknya Suatu Hipotesis adalah Memberi panduan dan cakupan dalam memecahkan masalah, sehingga proses pemecahan masalah menjadi lebih mudah, lebih efektif dan lebih efisien. Namun terkadang Hipotesis tidak terlalu diperlukan pada kasus-kasus tertentu yang absolut dan definit. Contoh: HP di dalam saku celana berdering, kita tidak perlu melakukan hipotesis untuk mengetahui dari mana asal HP yang berdering itu, langsung saja merogoh saku celana. Hipotesis biasanya digunakan untuk menjawab permasalan: ‘mengapa begini/begitu’, ‘apa alasannya’, ‘apa penyebabnya’. Kesalahan Suatu Hipotesis Terkadang, penggunaan Hipotesis tidak menjamin suatu masalah dapat dengan berhasil dipecahkan, antara lain karena: Pemilihan Hipotesis yang salah dapat menuju pada jawaban/sasaran yang kurang tepat.
4. PENGERTIAN HUBUNGAN KAUSALITAS
Kausalitas menyatakan hubungan yang niscaya (necessary) antara satu kejadian (cause) dengan kejadian lainnya (effect) yang adalah konsekuensi langsung dari yang pertama.
Dalam penyebab efisien (causa efficiens), sumber kejadian menjadi faktor yang menjalankan atau menggerakkan kejadian. Dalam penyebab final (causa finalis), tujuanlah yang menjadi sasaran sebuah kejadian. Dalam penyebab material (causa materialis), bahan dari mana benda tertentu dibuat menjadi penyebab kejadian. Sementara dalam penyebab formal (causa formalis), bentuk tertentu ditambahkan pada sesuatu sehingga sesuatu itu memiliki bentuk tertentu.
Kausal adalah salah satu riset yang bertujuan untuk menentukan hubungan dari suatu sebab akibat / causal dari suatu hal.
Berupa sebab sampai kepada kesimpulan yang merupakan akibat atau sebaliknya. Pada umumnya hubungan sebab akibat dapat berlangsungdalam tiga pola, yaitu sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat. Namun, pola yang umum dipakai adalah sebab ke akibat dan akibat ke sebab. Ada 3 jenis hubungan kausal, yaitu:
(1). Hubungan sebab-akibat.
Yaitu dimulai dengan mengemukakan fakta yang menjadi sebab dan sampai kepada kesimpulan yang menjadi akibat. Pada pola sebab ke akibat sebagai gagasan pokok adalah akibat, sedangkan sebab merupakan gagasan penjelas.
Contoh:
Anak-anak berumur 7 tahun mulai memasuki usia sekolah. Mereka mulai mengembangkan interaksi social dilingkungan tempatnya menimba ilmu. Mereka bergaul dengan teman-teman yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Dengan demikian, berbagai karakter anak mulai terlihat karena proses sosialisasi itu.
Gagasan pokok: Dengan demikian, berbagai karakter anak mulai terlihat karena proses sosialisasi itu.
Gagasan penjelas:
a. Anak-anak berumur 7 tahun mulai memasuki usia sekolah.
b. Mereka mulai mengembangkan interaksi social di lingkungan tempatnya menimba ilmu.
c. Mereka bergaul dengan teman-teman yang berasal dari latar belakang berbeda.
(2). Hubungan akibat-sebab.
Yaitu dimulai dengan fakta yang menjadi akibat, kemudian dari fakta itu dianalisis untuk mencari sebabnya.
Contoh:
Dalam bergaul anak dapat berprilaku aktif. Sebaliknya, ada pula anak yang masih malu-malu dan selalu dan mengandalkan temannya. Namun, tidak dapat di pungkiri jika ada anak yang selalu mambuat ulah. Hal ini disebabkan oleh interaksi sosial yang dilakukan anak ketika memasuki usia sekolah.
Gagasan pokok : Hal ini disebabkan oleh interaksi sosial yang dilakukan anak ketika memasuki usia sekolah.
Gagasan penjelas :
1). Dalam bergaul anak dapat berperilaku aktif
2). Sebaliknya, ada pula anak yang masih malu-malu dan selalu mengandalkan temannya.
3). Namun, tidak dapat dipungkiri jika ada anak yang selalu membuat ulah.
(3). Hubungan sebab-akibat1-akibat2
Yaitu dimulai dari suatu sebab yang dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikianlah seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
Contoh paragraf kausal :
Mulai tanggal 2 april 1975 harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, diesel, minyak pelumas, dan lain-lainnya dinaikan harganya, karena pemerintah ingin mengurangi subsidinya, dengan harapan supaya ekonomi Indonesia makin wajar. Karena harga bahan baker naik, sudah barang tentu biaya angkutanpun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang pasti akan ikut naik, karena biaya tambahan untuk transport harus diperhitungkan. Naiknya harga barang akan terasa berat untuk rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang dan jasa harus diimbangi dengan usaha menaikan pendapatan rakyat
Kausalitas menyatakan hubungan yang niscaya (necessary) antara satu kejadian (cause) dengan kejadian lainnya (effect) yang adalah konsekuensi langsung dari yang pertama.
Dalam penyebab efisien (causa efficiens), sumber kejadian menjadi faktor yang menjalankan atau menggerakkan kejadian. Dalam penyebab final (causa finalis), tujuanlah yang menjadi sasaran sebuah kejadian. Dalam penyebab material (causa materialis), bahan dari mana benda tertentu dibuat menjadi penyebab kejadian. Sementara dalam penyebab formal (causa formalis), bentuk tertentu ditambahkan pada sesuatu sehingga sesuatu itu memiliki bentuk tertentu.
Kausal adalah salah satu riset yang bertujuan untuk menentukan hubungan dari suatu sebab akibat / causal dari suatu hal.
5. PENGERTIAN SALAH NALAR
gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat disebut salah nalar. Salah nalar disebabkan oleh ketidaktepatan orang mengikuti tata cara pikirannya.
CONTOH KALIMAT :
Orang indonesia orang kaya.
6. Analogi Suatu Logika
A.PENGERTIAN
Analogi adalah suatu bentuk penalaran dengan jalan mempersamakan dua hal yang berlainan. Kedua hal itu diperbandingkan untuk dicari persamaannya. Analogi dilakukan dengan mempersamakan kedua hal yang sebenarnya berlainan.
Analogi dan generalisasi dapat dikatakan mempunyai hubungan, dalam analogi kita membandingkan dua hal atau lebih yang memiliki kesamaan tertentu pada beberapa segi dan menyimpulkan keduanya memiliki kesamaan dalam segi yang lain. Sedangkan generalisasi memperhatikan hal yang sama dari hal-hal yang berbeda dan kesimpulannya bersifat universal, sedangkan pada analogi kesimpulannya berlaku partikular.
B. MACAM-MACAM ANALOGI
Dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur, yaitu:
1.Peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi
2.Persamaan prinsipal yang menjadi pengikat
3.Fenomena yang hendak kita analogikan
Dari unsur-unsur tersebut akan muncul berbagai macam analogi, seperti:
1.Analogi Induktif
Analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang ada pada dua fenomena, kemudian menarik kesimpulan bahwa yang ada pada peristiwa pertama juga ada pada peristiwa kedua.
Contoh:
a.Sarno anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
b.Sarni anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
c.Sardi anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
d.Sarto adalah anak pak Sastro
Sarto anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
Berbeda dengan generalisasi induktif yang kesimpulannya berupa proposisi universal, konklusi analogi tidak selalu berupa proposisi universal, namun tergantung dari subyek yang diperbandingkan. Subyek analogi dapat individual, partikular maupun universal. Tetapi sebagai penalaran induksi, konklusi yang ada lebih luas daripada premis-premisnya. Tiga anak Pak Sastro yang rajin dan jujur tidak dapat menjamin bahwa anaknya yang keempat juga rajin dan jujur.
2.Analogi Deklaratif
Analogi yang menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang di kenal.
Contoh:
Ilmu pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana sebuah rumah dibangun oleh batu-batu. Tapi tidak semua kumpulan fakta adalah ilmu, sebagaimana tidak semua kumpulan batu adalah rumah.
3.Analogi Noninduktif (analogi logis)
a.“Hanya orang bijaksana yang menyukai puisi”. Kalimat tersebut sama maknanya dengan “Semua orang bijaksana menyukai puisi”.
b.“Hanya perempuanlah yang mengandung dan melahirkan anak”, kalimat tersebut tidak sama dengan “Semua perempuan mengandung dan melahirkan anak”.
Kedua kalimat diatas mempunyai pola yang sama yaitu “Hanya….yang…”, namun analogi diatas bukan merupakan analogi induktif, karena kesimpulannya tidak bersifat empiris.
Artinya kesimpulan dari analogi noninduktif tidak dapat di diskonfirmasi atau disangkal oleh bukti-bukti empiris. Namun analogi tersebut juga bukan analogi deduktif, karena argumen deduktif dapat di nilai benar salahnya dengan mengacu pada bentuk logis tertentu atau definisi istilah yang di gunakan. Oleh karena itu, analogi ini dapat di sebut analogi logis non induktif tapi juga nondeduktif.
C. CARA MENILAI ANALOGI
Untuk mengukur sejauh mana sebuah analogi dapat di percaya, diketahui dengan alat sebagai berikut:
1.Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang di analogikan.
Semakin besar atau semakin banyak peristiwa sejenis yang di analogikan, semakin besar pula tarap ketrpercayaannya.
2.Sedikit banyaknya aspek yang menjadi dasar analogi.
3.Sifat dari analogi yang kita buat. Semakin rendah taksiran yang kita analogikan semakin kuat analogi itu.
4.Mempertimbangkan unsur yang berbeda pada peristiwa yang di analogikan. Semakin banyak pertimbangan atas unsur2 yang berbeda semakin kuat keterpercayaan analoginya.
5.Relevan atau tidaknya masalah yang di analogi. Bila tidak relevan analogi tidak akan kuat dan bisa gagal.
D. KESESATAN ANALOGI
Kesesatan dalam analogi bisa terjadi karena kita terlalu cepat menarik konklusi, sedangkan fakta yang di jadikan dasar tidak cukup mendukung konklusi tersebut atau terlalu sedikit. Kemudian terjadi karena Kecerobohan dan Prasangka.
Contoh:
1.Seorang pria bertemu seorang gadis Solo di pesta, kemudian di sebuah toko dia bertemu seorang gadis solo yang lain, sewaktu melihat pentas dia melihat seorang gadis solo menari. Ketiga gadis itu sama-sama luwes. Lalu dia beranggapan “Semua gadis Solo luwes”.
2.“Saya pernah di keraton Surakarta, saat Sri Susuhunan berulang tahun. Saya melihat lima belas gadis, semua berkebaya dan cantik. Memang semua gadis Surakarta itu berkebaya dan cantik ”.
3.Seorang pemuda luar pulau menikahi gadis Solo dan membawanya pulang kampung. Ibunya berkata, “Istrimu kalau bicara seperti penjual ayam di pasar?”, jawab pemuda tersebut “Ah, itu karena ibu kalau bicara keras-keras sehingga ia kira ibu kurang pendengaran”. Suatu saat ibunya berkata, “Istrimu jalannya kok seperti di kejar maling?”, “Ah, itu karena ibu selalu membuat dia terkejut dan ketakutan”.
Selain ketiga hal tersebut diatas, analogi juga bisa keliru karena membuat persamaan yang tidak tepat.
Contoh:
“Antara kita dan binatang mempunyai persamaan yang sangat dekat. Binatang bernafas, kita juga bernafas. Binatang makan, kita juga makan. Binatang tidur dan istirahat, kita juga tidur dan istirahat. Binatang kawin, kita juga kawin. Jadi dalam keseluruhan binatang sama dengan kita.”
Pernyataan di atas hendak menyimpulkan bahwa manusia sama dengan binatang dengan mempertimbangkan persamaan-persamaan yang ada pada keduanya, padahal yang di samakan itu bukan masalah yang pokok
7. Eksposisi
Salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Contoh-contoh tulisan eksposisi adalah berita di koran dan petunjuk penggunaan.
DAFTAR PUSTAKA :
- http://organisasi.org/taxonomy_menu/2/32?page=1
- http://johnherf.wordpress.com/2007/10/28/salah-nalar-pada-logika-berpikir/
- http://images.ekaari.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SHiRqgoKCEkAABe357s1/Pengertian%20hipotesis.rtf?nmid=105310323.
- http://treeyoo.wordpress.com/2009/01/07/paragraf-indukti
- http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:Kxc8oKHQRCEJ:bebas.vlsm.org/v06/Kuliah/Seminar-MIS/2007/205/205-03-ScientificThinking-10-11.pdf+contoh+kalimat+hipotesis&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgv9qeaGgXasgNmdAO2swnZHr6Ht1JtTgsgYDL2-AGjGlXmOSNqrnbL5Itv2HIVQhino9HRw0Yr_Jm6bUuxCcBSLdvCzU58lPdiFvRGS8NVIKXv1r_0Lj_-GX6pdV2RoGY4os4X&sig=AHIEtbQ-gOzj12UUA7sAlN0dT_wtIJYI8A
- http://organisasi.org/taxonomy_menu/2/32?page=1
- http://johnherf.wordpress.com/2007/10/28/salah-nalar-pada-logika-berpikir/
- http://images.ekaari.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SHiRqgoKCEkAABe357s1/Pengertian%20hipotesis.rtf?nmid=105310323.
- http://treeyoo.wordpress.com/2009/01/07/paragraf-indukti
- http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:Kxc8oKHQRCEJ:bebas.vlsm.org/v06/Kuliah/Seminar-MIS/2007/205/205-03-ScientificThinking-10-11.pdf+contoh+kalimat+hipotesis&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgv9qeaGgXasgNmdAO2swnZHr6Ht1JtTgsgYDL2-AGjGlXmOSNqrnbL5Itv2HIVQhino9HRw0Yr_Jm6bUuxCcBSLdvCzU58lPdiFvRGS8NVIKXv1r_0Lj_-GX6pdV2RoGY4os4X&sig=AHIEtbQ-gOzj12UUA7sAlN0dT_wtIJYI8A
- http://google.com/2010/02/05/generalisasi/
- http://google.com/2010/02/05/hubungan kausalitas/
- http://google.com/2010/02/05/analogi suatu logika/
- http://google.com/2010/02/05/kajian teori-asumsi-dan hipotesia/
Tags: analogi, analogi deklaratif, analogi induktif, analogi non induktif, cara menilai analogi, kesalahan analogi, kesesatan analogi, macam analogi
- http://www.enjang-ruhiat.web.ugm.ac.id/?p=8
http://id.wikipedia.org/wiki/Generalisasi
- http://id.wikipedia.org/wiki/Eksposisi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar